JEPANG
DALAM PERSPEKTIF SEJARAH
(Sejarah
Asia Timur)
Oleh
:
BENEDEKTA
MAY INDRASARI
1013033028
Program
Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Lampung
2012
A.
BUDAYA
JEPANG DULU DAN KINI
Jepang
adalah sebuah negri yang kaya akan budaya dan tempat-tempat wisata yang indah.
Keindahan panorama alamnya seringkali berkaitan dengan budaya masyarakat
setempat. Misalnya ketika musim bermekarannya bunga sakura, orang-orang Jepang
merayakannya dengan budaya momiji, yaitu sebuah tradisi melihat keindahan bunga
sakura bersama dengan teman ataupun sanak keluarga sambil berekreasi, biasanya
sambil makan siang bersama di taman publik yang banyak ditumbuhi sakura.
Sebagai
sebuah negara tujuan wisata budaya, Jepang memiliki berbagai macam tradisi
budaya yang masih terus dilestarikan sampai sekarang. Misalnya banyaknya
festival tahunan yang diadakan pada tanggal-tanggal tertentu setiap tahunnya.
Seain merupakan kekayaan budaya, festival tahunan ini juga menjadi daya tarik
tersendiri untuk para wisatawan yang sedang mencari alternatif menghabiskan
liburan dengan keluarganya. Adapun beberapa festival yang sangat terkenal di
Jepang dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan adalah
Hina
Matsuri, sebuah festival tahunan yang diperuntukan untuk anak perempuan. Di
selenggarakan setiap tanggal 3 Maret setiap tahunnya. Pada festival ini setiap
keluarga yang memiliki anak perempuan, memajang satu set boneka Hina, atau Hina
Ningyo. Yang terdiri dari boneka kaisar dan permaisuri beserta para dayang dan
pemain musik. Hina Matsuri sendiri bertujuan untuk mengusir para roh jahat yang
akan mengganggu anak perempuan, sehingga diharapkan anak perempuan dalam
keluarga itu terhindar dari roh jahat
yang akan mengganggu mereka hingga mereka menikah.
Koi
no bori atau Kodomo no hi, festival ini diperuntukan untuk para anak laki-laki
agar mereka memperoleh keselamatan dan terhindar dari bencana, dan senantiasa
diberkahi. Biasanya tiap rumah mengibarkan bendera yang berbentuk ikan di depan
rumah mereka. Dirayakan setiap tanggal 5 Mei setiap tahunnya.
Tanabata
Matsuri, sebuah festival unik yang diselenggarakan setiap tanggal 7 bulan 7.
Festival ini berkaitan dengan sebuah legenda yang amat terkenal di Jepang,
tentang sepasang kekasih yaitu bintang Altair dan bintang Vega yang terpisahkan
oleh gugusan bintang Bimasakti. Kedua bintang ini hanya bisa bertemu pada malam
tanggal 7 bulan 7 setiap tahunnya. Di festival ini, orang Jepang menuliskan
berbagai keingiannya dalam sebuah kertas kemudian mengikatkannya pada pohon
bambu , dengan harapan keinginannya itu dapat diketahui Dewa dan kemudian Dewa
mengabulkannya.
Selain
kaya akan budaya, Jepang juga memiliki kawasan dan bangunan bersejarah yang
kemudian beralih fungsi menjadi kawasan wisata yang seringkali dikunjungi oleh
para wisatawan, salah satu nya adalah Tokyo Tower. Tokyo Tower adalah salah
satu simbol dari kota Tokyo, dengan ketinggian 332,5 meter melebihi tinggi dari
menara Eiffel di Paris. Awalnya Tokyo tower ini bernama Nippon Denpato,
berlokasi di area Shiba park. Awalnya menara ini didirikan sebagai antena
pemancar bagi siaran radio dan televisi dengan gelombang analog. Namun sejalan
dengan perkembangan teknologi di Jepang yang beralih kepada gelombang digital, maka
keberadaan Tokyo Tower ini kemudian beralih fungsi menjadi sebuah kawasan
wisata yang banyak menarik perhatian para wisatawan asing maupun dalam negeri.
Ada
juga kawasan Harajuku, yang merupakan sebuah kawasan tempat berkumpulnya
anak-anak muda di Tokyo. Di kawasan itu, mereka berkumpul dan saing
memperlihatkan atau lebih tepatnya memamerkan penampilan mereka, keahlian
mereka dalam bermusik ataupun berdagang aneka barang yang unik dan
ajaib.Harajuku bisa ditempuh melalui JR Yamanote Line lalu turun di stasiun
Harajuku, atau si Stasiun Meijijingumae dengan Subway Chiyoda Line. Atau bisa
juga dengan berjalan kaki mengikuti papan penunjuk arah dari Shibuya (bisa
ditempuh dengan 30 menit perjalanan) atau dari Shinjuku (sekitar 40 menit).
Di
belakang stasiun Harajuku terdapat sebuah kuil yang dibangun pada masa
pemerintahan Kaisar Meiji sebagai bentuk penghargaan rakyat terhadap sang
Kaisar dan Permaisuri. Sampai saat ini, kuil ini masih digunakan untuk berbagai
penyelenggaraan upacara keagamaan, pernikahan dan lain sebagainya.
Di
antara gerbang masuk kuil dan jembatan Yoyogi, banyak ditemui anak-anak muda
yang berpenampilan anime kesukaan mereka. Tapi jika anda tertarik untuk
mengambil gambar mereka, ada baiknya anda meminta ijin terlebih dahulu,
sehingga mereka tidak akan marah ketika anda mengambil gambarnya.
Di
Kawasan ini juga ada suatu tempat yang bernama Takeshita, yaitu sebuah tempat
yang selalu ramai dengan para pedagang barang-barang unik dan kosmetik dengan
harga yang relatif murah. Kawasan ini hanya sepanjang 500m saja, jadi jangan
kaget jika anda berkunjung di akhir pekan, kepadatannya menjadi sangat luar
biasa dan memaksa anda untuk berdesakan dia antara kerumunan orang di sana.
Karena toko-toko di kawasan ini menjual aneka produk mereka dengan harga yang
relatif murah,salah satunya adalah daisho, yang menjual barang-barangnya dengan
satu harga, yaitu 100 yen. Sehingga kawasan ini adalah kawasan yang tepat untuk
mencari oleh-oleh khas Jepang dengan harga yang murah meriah.
B. PENDIDIKAN JEPANG PASCA PERANG
DUNIA II
Negara
Jepang merupakan negara yang sukses dalam memajukan pendidikannya terlihat pada
pengaturan sistem pendidikannya yang tertata dengan baik dimana seluruh
lembaganya berkerjasama dan melaksanakan peranannya masing-masing secara optimal
mulai dari lembaga administrasi, lembaga pendidikan, lembaga pengawas kurikulum
dll. Serta adanya dukungan yang baik antara pemerintah, kepala sekolah, guru,
murid dan orang tua yang turut berperan terhadap majunya pendidikan di negara
tersebut. Kerjasama yang baik antar seluruh komponen negara inilah yang mampu
membawa kesuksesan negara Jepang hingga mampu mencapai seluruh tujuan-tujuan
pendidikan yang dicanangkannya kurang dari 25 tahun dan tercatat sebagai negara
dengan kualitas dan sistem pendidikan terbaik se-Asia, sungguh prestasi yang
mengagumkan.
Pendidikan
wajib yang diberikan secara gratis di negara tersebut menandakan bahwa
pemerintahan disana memang amat memperdulikan Sumber Daya Manusia di negaranya
dan menjadi bukti bahwa sistem administrasi negara Jepang memang berjalan
dengan baik dan bertanggungjawab terhadap pemenuhan kebutuhan negaranya
termasuk memfasilitasi sarana dan prasarana yang bermutu dalam proses belajar
menagajar.
Budaya
disiplin waktu dan kerja keras negara Jepang yang sejak dahulu diajarkan dari
leluhur-leluhur mereka selalu mereka tanamkan di dalam kehidupan sehari-hari
turut berpengaruh pada kemajuan negara ini.
Kesuksesan
dari negara maju inilah yang patut kita contoh bagi negara kita dimana harus
ada kerjasama yang baik antar berbagai sistem yang ada di negara terutama
sistem pendidikan yang kaitannya dengan peningkatan kualitas manusia. Apabila
sistem-sistem tersebut berjalan dengan baik maka kemajuan suatu negara akan
tercapai dan yang teramat penting perlu adanya pembinaan moral yang baik dalam
setiap individu-individu suatu negara karena awal dari kesuksesan diawali dari
karakteristik pribadi suatu bangsa.
Perlu
kita ketahui bahwa sistem pendidikan Jepang dibangun atas dasar
prinsip-prinsip:
1. Legalisme : Pendidikan di Jepang
tetap mengendepankan aturan hukum dan melegalkan hak setiap individu untuk
memperoleh pendidikan tanpa mendiskriminasikan siapapun, suku, agama, ras, dan
antar golongan berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
2. Adminstrasi yang Demokratis : Negara
memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk memperoleh pendidikan dengan
biaya yang masih terjangkau oleh masyarakatnya. Biaya pendidikan Jepang di
usahakan untuk bisa dijangkau sesuai keuangan masyarakatnya, memberikan
beasiswa bagi siswa yang berprestasi ataupun kurang mampu.
3. Netralitas : Pendidikan Jepang
diberikan kepada setiap siswa dengan tingkat
pendidikan masing-masing dengan mengedepankan pandangan persamaan
derajat setiap siswanya tanpa membeda-bedakan latar belakang materil, asal-usul
keluarga, jenis kelamin, status sosial, posisi ekonomi, suku, agama, ras, dan
antar golongan.
4. Penyesuaian dan penetapan kondisi
pendidikan : Dalam proses pengajaran memiliki tingkat kesulitan masing-masing
yang disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pendidikan yang ditempuh.
5. Desentralisasi : Penyebaran kebijakan-kebijakan pendidikan
dari pemerintah pusat secara merata kepada seluruh sekolah yang ada dinegara
tersebut sehingga perkembangan dan kemajuan sistem pendidikan sehingga dapat diikuti
dengan baik.
Kemajuan
bangsa Jepang bertambah “runcing” sesudah tentara pendudukan Amerika Serikat
(AS) — setelah Jepang kalah perang pada PD II — banyak memberikan dorongan pada
bangsa Jepang untuk mencurahkan perhatiannya pada bidang pendidikan. Struktur baru
pendidikan yang dikembangkan Amerika Serikat dalam Cummings (1984), ada empat hal
pokok yang dapat dijelaskan.
Pertama,
sekolah dasar (SD) wajib selama enam tahun dan tidak dipungut biaya. Bertujuan
untuk menyiapkan anak menjadi warga yang sehat, aktif menggunakan pikiran, dan
mengembangkan kemampuan pembawaannya.
Kedua,
sesudah SD ada sekolah lanjutan pertama selama tiga tahun, punya tujuan untuk
mementingkan perkembangan kepribadian siswa, kewarganegaraaan, dan kehidupan
dalam masyarakat serta mulai diberikan kesempatan belajar bekerja.
Ketiga,
setelah sekolah lanjutan pertama, ada sekolah lanjutan selama tiga tahun.
Bertujuan untuk menyiapkan siswa masuk perguruan tinggi dan memperoleh
keterampilan kerja. Keempat, universitas harus berperan secara potensial dalam
mengembangkan pikiran liberal dan terbuka bagi siapa saja, bukan pada
sekelompok orang. Munculnya struktur baru pendidikan di Jepang yang di
kembangkan Amerika Serikat, merupakan bentuk “revisi” dari struktur pendidikan
lama yang sudah ada sebelum Perang Dunia II.
Kegiatan
Jepang dalam cerdas dan mencerdaskan bangsanya telah menuai hasil yang
signifikan. Korelasi antara majunya pendidikan Jepang dan kemajuan industrinya
benar-benar terwujud. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan bangsa Jepang
tumbuh menjadi negara industri utama di Asia, yang kedudukannya sejajar dengan
bangsa Barat lain seperti Inggris maupun Prancis.
Di
samping itu, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh The Political and
Economic Risk Consultancy (PERC), lembaga konsultan yang berkedudukan di Hong
Kong pada akhir tahun 2001 (Republika, 03/05/02) menempatkan Jepang dalam
urutan ketiga di bawah Korea Selatan dan Singapura, dalam Human Development
Index atau indeks pembangunan manusia (IPM).
Tingginya
standar pendidikan Jepang di atas tidak semata-mata muncul dengan sendirinya,
namun yang perlu diungkap di sini adalah ciri utama bangsa Jepang yaitu
kehausan yang tak pernah puas akan pengetahuan. Sebagai bangsa literal dan
minat baca yang tinggi, wajar dan mengamini bila bangsa Jepang maju dalam
bidang pendidikan. Bukan hanya bacaan berupa buku ilmu pengetahuan, teknologi,
dan sastra saja yang menjadi bahan bacaan mereka, tetapi koran pun masih
menjadi bacaan wajib setiap hari. Sebagaimana dikatakan Tanaka dalam Dahidi, “Even
today, Japanese still expect to act as the national conscience…newspapers are
still the trusted medium in Japan”.
Membaca
bagi kebanyakan orang Jepang bukan merupakan kegiatan yang dipaksakan, tetapi
karena dalam diri mereka telah tertanam suatu sifat kebutuhan akan bacaan.
Akibatnya, tidak heran bila kita lihat kehidupan sehari-hari bangsa Jepang
tidak akan lepas dari membaca. Di stasiun, perpustakaan, di jalan, atau secara
ekstremnya dikatakan, di mana ada kehidupan, di situ mereka membaca.
Beberapa
faktor yang mendukung Jepang maju dalam pendidikannya adalah sebagai berikut:
1. Perhatian
pada pendidikan datang dari pelbagai macam pihak.
2. Sekolah
Jepang tidak mahal.
3. Jepang
tidak ada diskriminasi terhadap sekolah.
4. Kurikulum
sekolah Jepang amat berat.
5. Sekolah
sebagai unit pendidikan.
6. Guru
terjamin tidak akan kehilangan jabatan.
7. Guru
Jepang penuh dedikasi.
8. Guru
Jepang merasa wajib memberi pendidikan “manusia seutuhnya”.
9. Guru
Jepang bersikap adil.
Di
samping hal di atas, pengaruh pendidikan terhadap anak dan masyarakat telah
membuat pendidikan Jepang mempunyai potensi yang luar biasa dalam berbagai hal.
Misalnya,
(1)
Minat masyarakat yang besar sekali pada pendidikan;
(2)
prestasi kognitif dan motivasi siswa relatif setaraf;
(3)
prestasi kognitif siswa rata-rata tinggi;
(4)
munculnya pelajaran ide egalitarianisme;
(5)
perubahan sosial yang egalitarian;
(6)
timbulnya kesamaan yang sama bagi semua lapisan masyarakat.
Menurut
Danasasmita, ada beberapa karakteristik lain dari bangsa Jepang yang mendorong
bangsa ini maju. Pertama, orang Jepang menghargai jasa orang lain. Hal ini
dibuktikan dengan “ringannya” mereka dalam mengatakan arigatoo (terima kasih)
ketika mendapat bantuan orang lain dan tidak menganggap remeh jerih payah orang
lain meskipun bantuan itu tidak seberapa.
Kedua,
orang Jepang menghargai hasil pekerjaan orang lain, dilambangkan dengan ucapan
otsukaresamadeshita (maaf, Anda telah bersusah payah). Ketiga, perlunya setiap
orang harus berusaha, dilambangkan dengan ucapan ganbatte kudasai (berusahalah!).
Keempat, orang Jepang punya semangat yang tidak pernah luntur, tahan banting,
dan tidak mau menyerah oleh keadaan, yang terkenal dengan semangat bushido
(semangat kesatria).
Dari
beberapa karakteristik yang disebutkan di atas, Jepang mampu menjaga martabat
dan kualitas hidup bangsanya lewat pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya
adalah sesuatu yang luhur karena di dalamnya mengandung misi kebajikan dan
mencerdaskan. Pendidikan tidaklah sekadar proses kegiatan belajar-mengajar
saja, melainkan juga sebagai proses penyadaran untuk menjadikan manusia sebagai
“manusia”, bukan seolah-olah manusia dijadikan “jagung” atau “padi” yang setiap
tiga atau enam bulan sekali mengganti metode “penanamannya”, apabila bagus
dilanjutkan dan sebaliknya bila jelek ditinggalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar